Rabu, 06 Januari 2010

Kyai yang Rohmatallil Alamiin


Suatu hari ada seorang warga kaya yang masih sangat awam. Dia mempunyai seorang istri dan 6 orang anak yg masih kecil-kecil. Dia ingin sekali berqurban untuk seluruh keluarganya. Kemudian beliau mendatangi seorang ulama ahli fiqih untuk menanyakan bagaimana baiknya dia berqurban.

"Assalamu'alaykum Kyai, begini, keluarga saya ingin berqurban."
"Wa'alaykumussalam...Oh, bagus itu...memang qurban itu adalah perintah Allah. Jumlah anggota keluargamu ada berapa ?"
"Seluruhnya ada 8 orang, Kyai."
"Kalau begitu, bisa pilih mau qurban 8 ekor kambing atau seekor sapi plus seekor kambing."
"Hmm...ngapunten Kyai, anak saya masih kecil-kecil. Kalau saya pilih qurban 8 ekor kambing saya takut nanti pas di akhirat anak-anak saya yang masih kecil-kecil nda tau jalannya nanti takut "ketingsal". Saya nda bisa "njagani" mereka semua karna terpisah-pisah. Tapi kalau saya pilih qurban seekor sapi plus seekor kambing, saya nda tega sama anak saya yg paling kecil karna dia harus naik kambing sendirian, dia belum bisa "nunggangi" kambing padahal yang lain naik sapi bersama saya dan istri saya. Saya juga khawati dia nanti "ketingsal" di sana. Apa nda bisa saya qurban seekor sapi saja untuk seluruh keluarga saya, Kyai ?"

"Ya nda bisa, aturan fiqihnya seperti itu. Nda bisa diubah-ubah."
"Atau begini saja Kyai, nanti saya belinya sapi yg paling gemuk biar bisa kuat & muat buat ditunggangi 8 orang."
"Tetep nda bisa, itu sudah ada hukum fiqihnya."
"Oh, begitu... Saya pamit pulang dulu Kyai, saya mau pikir-pikir lagi. Assalamu'alaykum.."
"Wa'alaykumussalam...iya..monggo..jangan dipaksakan.."
"nggih, Kyai..matur suwun.."

Keesokan harinya orang itu mendatangi Kyai yg lain. Kyai yang ia datangi adalah K.H. Wahab Hasbullah yang terkenal sangat dekat dengan masyarakat dan berpandangan luas.

"Assalamu'alaykum Kyai, begini Kyai, keluarga saya ingin berqurban."
"Wa'alaykumussalam...Oh...bagus...itu memang perintah Allah. Berapa jumlah anggota keluargamu?"
"Seluruhnya ada 8 orang, Kyai."
"Ya kalau begitu, kamu bisa pilih mau qurban 8 ekor kambing atau seekor sapi plus seekor kambing."

"Hmm...ngapunten Kyai, anak saya masih kecil-kecil. Kalau saya pilih qurban 8 ekor kambing saya takut nanti pas di akhirat anak-anak saya yang masih kecil-kecil nda tau jalannya nanti takut "ketingsal". Saya nda bisa "njagani" mereka semua karna terpisah-pisah. Tapi kalau saya pilih qurban seekor sapi plus seekor kambing, saya nda tega sama anak saya yg paling kecil karna dia harus naik kambing sendirian, dia belum bisa "nunggangi" kambing padahal yang lain naik sapi bersama saya dan istri saya. Saya juga khawatir dia nanti "ketingsal" di sana. Apa nda bisa saya qurban seekor sapi saja untuk seluruh keluarga saya, Kyai ?"

"Oh...bisa.."
"Begini Kyai, waktu kemarin saya tanya pada Kyai yang itu kata beliau menurut hukum fiqih nda bisa."
"Hehe..iya, itu memang kaidah fiqihnya seperti itu...tenang saja, kalau sama saya bisa.."
"Oh..begitu.. Nanti kalau perlu saya beli sapi yg paling gemuk biar bisa ditunggangi 8 orang yah Kyai ?"
"Ya...ya...ya...bisa. Tapi tadi kamu bilang anakmu masih kecil-kecil yah ?"
"nggih, Kyai."
"Anakmu yang paling kecil umurnya berapa ?"
"Masih umur 3 tahun, Kyai."
"Dia belum bisa naik sapi sendiri kan ?"
"Nggih, belum bisa , Kyai."
"Kalau begitu, beli kambing satu lagi buat tangga supaya anakmu yang paling kecil bisa naik ke sapi nanti."
"Oh, iya...benar juga Kyai, jadi nanti di sana dia nda jatuh pas mau naik sapi."
"Nah...itu...biar anakmu nda jatuh pas mau naik, nanti kalau dia jatuh terus dia nangis, kasihan kan ?"
"nggih Kyai, benar. Nanti saya beli satu ekor kambing lagi. Kalau begitu saya pamit pulang Kyai. Matur suwun Kyai... Assalamu'alaykum.."
"Wa'alaykumussalam"

Akhirnya orang itu berqurban sesuai hukum syari'at untuk 8 orang yaitu seekor sapi plus seekor kambing.

Begitulah, sosok seorang Kyai yang memahami benar karakter masyarakatnya. Di sini bukan bermaksud membeda-bedakan dua sosok Kyai dalam cerita di atas. Keduanya benar, yang satu benar-benar berpegang teguh pada syari'at, yang satu lagi berusaha "membahasakan" syari'at sesuai dengan kondisi masyarakat. Masyarakat yang masih sangat awam tidak dipaksa memahami syari'at secara keras, namun perlahan, lembut, dan menyelaraskannya dengan pola pikir mereka...

#Semoga kita bisa meneladaninya.. Amiin Allahumma Amiin..

...sepenggal kisah yang di sampaikan oleh Pak Sastro Ngatawi (ketua LESBUMI)
Ahad, 3 Juni 2012 M/13 Rajab 1433 H dalam
"Orasi Kepemudaan & Kontemplasi Budaya" Harlah ke-5 KMNU IPB @ auditorium Soemardi Sastrakusumah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Dramaga-Bogor.



www.ucapantahunbaru.blogspot.com