Jumat, 22 Januari 2010

Manaqib KH. M. Cholil Bisri

FRAGMEN I: SANTRI MBELING DI LIRBOYO

Sewaktu mondok di Lirboyo, partner mbeling terdekat Kyai Kholil adalah Gus Mik (Kyai Hamim Jazuli). Pernah, ditengah pelajaran Madrasah, Santri Kholil yang tempat duduknya didekat jendela, disapa Gus Mik dari luar.

“Keluar, Gus!” kata Gus Mik, setengah berbisik.

“Ada apa?”

“Nonton bioskop… ada filem bagus!”

Santri Kholil ragu,

“Masih pelajaran ini…”

“Lompat saja!”

Ketika guru menghadap papan tulis, Santri Kholil melompat keluar dari jendela. Santri-santri lain tak berani menegur tingkah gus-gus itu.

Jauh di belakang hari, ketika Gus Mik sudah melejit reputasinya sebagai seorang wali keramat yang khoriqul ‘aadah, ditengah-tengah Konbes NU di Pondok Pesantren Ihya ‘Ulumuddin, Kesugihan, Cilacap, seorang kyai Kediri yang dulunya juga anggota geng santri mbeling di Lirboyo mendatangi Kyai Kholil di penginapan.

“Dapat salam dari Gus Mik, Gus”.

“Lhah, dia nggak ikut Konbes?”

“Datang sih…”

“Mana orangnya? Kok nggak nemuin aku?”

“Nggak mau. Sampeyan tukang nggasak (tukang meledek) sih… kalau sampeyan ledek, bisa-bisa badar (gagal) kewaliannya…”

***

FRAGMEN II: WALI ANYAR (WALI BARU)

Suatu kali, Mbah Lim (Kyai Muslim Rifa’i Imam Puro, Klaten) yang terkenal wali, datang mengunjungi Gus Mus. Seorang pendhereknya (santri yang mengikutinya) diutus untuk memberi tahu Kyai Kholil.

“Mbah Lim ada di rumah Gus Mus, ‘Yai”, kata si pendherek, “panjenengan dimohon menemui…”

“Nggak mau! Sama-sama walinya kok!”

Setelah dilapori, Mbah Lim segera beranjak menemui Kyai Kholil. “Sesama wali” berangkulan sambil tertawa-tawa.

“Wali anyar… wali anyar…”, kata Mbah Lim, “bodong ‘ki… bodong ‘ki…”

***

FRAGMEN III: VOTING

Konbes NU di Bandarlampung kebingungan memilih Rais ‘Aam baru. Kyai Achmad Shiddiq telah wafat, Kyai Ali Yafie mengundurkan diri. Kyai Yusuf Hasyim, calon terkuat, didelegitimasi keponakannya sendiri.

“Pak Ud itu bukan ulama, tapi zu’ama”, kata Gus Dur, “beliau termasuk santri korban revolusi… ngajinya kocar-kacir!”

Konbes pun kehilangan arah.

Dikerumuni wartawan, Kyai Kholil melontarkan statement,

“Istikhoroh saja!”

“Bagaimana caranya?” wartawan bertanya.

“Pilih 40 orang kyai ahli riyadloh (tirakat). Beri kesempatan mereka beristikhoroh. Sesudah itu, saling mecocokkan isyaroh yang didapat masing-masing…”

Wartawan tak puas,

“Kalau diantara 40 kyai itu hasil istikhorohnya berbeda-beda bagaimana?”

Jawaban Kyai Kholil mantap:

“Ya divoting!”

www.ucapantahunbaru.blogspot.com