Tak pelak, Al-Hikam (Al-‘Athaiyah) merupakan salah satu karya monumental Ibn ‘Athaillah As-Sakandary (Abul Fadhal Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin ‘Athaillah; wafat tahun 709H). Al-Hikam merupakan mutiara-mutiara cemerlang bagi meningkatkan kesadaran spiritual, tidak hanya untuk para saalik dan murid-murid tasawuf, tapi juga untuk umumnya para peminat olah batin.
Buku yang tidak terlalu tebal ini, tidak hanya dibaca dan didiskusikan tapi juga disyarahi oleh banyak ulama antara lain oleh sufi besar Ibnu ‘Ubad; Ibn ‘Ajiebah; Syeikh Syarqawi; Syeikh Syarnubi; dll. Bahkan seorang alim dari Faz, Syeikh Zarrouq (Ahmad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faasi; 846-899H) yang kemana-mana membawa Al-Hikam, telah mensyarahi karya Ibn ‘Athaillah ini tidak kurang dari 30 syarah.
Al-Hikam juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk ke dalam bahasa Indonesia dan Melayu. Dari keluarga saya sendiri, paman saya Almarhum KH Misbah Mustofa sudah menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa; adik saya Almarhum KH Adib Bisri telah menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia; dan terakhir kakak saya Almarhum KH Cholil Bisri juga membuat syarah dalam bahasa Indonesia yang diberi judul Indahnya Bertasawuf.
Di samping bil-barakah, para pensyarah dan penterjemah itu pastilah mula-mula terpikat oleh ungkapan-ungkapan istimewa Syeikh Ibn ‘Athaillah dan kandungan isinya yang dalam. Selama ini orang mungkin hanya mengenal aphorisma, ajaran yang dirumuskan secara singkat dan padat, melalui Peribahasa Sulaiman dalam Perjanjian Lama atau karangan-karangan Nietzsche; di kalangan kaum muslimin mungkin melalui Nahjul Burdah-nya sayyidina Ali karramaLlahu wajhah. Namun agaknya aphorisma Ibn ‘Athaillah ini memang lain.
Berbeda dengan kebanyakan ungkapan-ungkapan para sufi terkenal seperti Rabi’ah Al-‘Adawiyah; Rumi; ‘Atthar; dlsb –yang juga diminati oleh kalangan sastrawan di kita—umumnya orang hanya menganggap dan memperlakukan Al-Hikam ‘semata-mata’ sebagai karya tasawuf. Banyak kiai sepuh –terutama dari kalangan thariqah—yang mengajarkan kitab ini kepada santri-santri tua. Dengan kata lain, Al-Hikam lebih diperlakukan sebagai kitab pelajaran akhlak dan tasawuf belaka.
Padahal, paling tidak menurut saya, aphorisma Al-Hikam dari segi bahasanya pun luar biasa indah. Kata dan makna begitu padu, saling mendukung, melahirkan ungkapan-ungkapan yang menggetarkan sebagaimana bisa Anda rasakan sendiri nanti, insya Allah.
Ratusan hikmah (sekitar 284) yang indah diakhiri dengan munajat Syeikh ‘Athaillah yang juga sangat indah, merupakan untaian mutiara yang telah mempesona jutaan hamba pencari keindahan Sang Maha Indah.
Sebenarnya saya ingin berbagi dengan Anda dan mencoba –bil-barakah—menjelaskan ala kadarnya makna dari ungkapan-ungkapan indah Al-Hikam seukur kemampuan saya yang terbatas. Namun , karena kesibukan saya yang tidak jelas, saya hanya berani memberikan kepada Anda icip-icip. Satu mutiara yang mudah-mudahan keindahan dan pelajarannya dapat bersama-sama mencerahkan kita. Apabila benar, Anda pun juga menangkap keindahan dan pelajarannya, alhamduliLlah, pastilah itu berkat inayah Allah. Namun apabila tidak, pastilah semata-mata karena keterbatasan dan kebodohan saya.
Selanjutnya, akan sangat baik apabila di antara jama’ah Fisbuqiyah ada yang melanjutkan membagi keindahan aphorisma Al-Hikam ini.
Saya akan memulai menyuguhkan icip-icip dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim..
من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
Min ‘alaamatil i’timaadi ‘alal ‘amali nuqshaanur rajaa-i ‘inda wujuudiz zalali
Termasuk tanda pengandalan pada amal ialah berkurangnya harapan ketika ada kesalahan
Kita dituntut beramal, namun untuk keselamatan dan kebahagiaan abadi kita, kita tidak boleh mengandalkan amal kita. Bahkan Rasulullah SAW sendiri ketika ditanya apakah seorang mukmin dapat masuk sorga dengan mengandalkan amal-ibadahnya, beliau menjawab tegas: “Tidak”. Bahkan beliau juga menegaskan “Walaa anaa illa an yataghammadaniyaLlahu birahmatiHi wamaghfiratiHi” (Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahiku dengan rahmat dan ampunanNya).
Bagi kalangan sufi, mengandalkan amal merupakan sikap angkuh yang tidak bisa dimengerti. Pertama, karena hamba yang beramal tidak tahu pasti apakah amalnya diterima atau tidak oleh Allah; kedua, karena ia bisa beramal semata-mata karena Allah. Lagi pula biasanya orang yang mengandalkan amalnya, akan merasa puas diri dan mengecilkan sesamanya yang dipandangnya tidak atau kurang beramal seperti dia.
Nah, apakah kita termasuk orang yang mengandalkan amal kita ataukah kita termasuk hamba yang tahu diri dan hanya mengandalkan Allah, syeikh Ibn ‘Athaillah memberi petunjuk mengenai tanda-tanda orang yang mengandalkan amalnya yakni antara lain: berkurangnya harapan (istilah tasawufnya: rajaa) orang yang beramal itu ketika dia berbuat kesalahan. Rajaa, berharap kasihsayang dan fadhal Allah merupakan imbangan dari khauf, cemas atau khawatir akan hukuman dan murka Allah. Seorang hamba Allah, bagaimana pun keadaannya tidak boleh kehilangan rajaa. Karena kehilangan rajaa sama dengan berburuk sangka terhadap Allah. Para ‘aarifiin, mereka yang makrifat kepada Allah, tidak pernah kehilangan rajaa; karena mereka tidak mengandalkan –bahkan tidak melihat—kepada amal mereka.
Sumber: catatan Fb Gus mus http://www.facebook.com/note.php?note_id=109055983333
www.ucapantahunbaru.blogspot.com
Senin, 18 Januari 2010
AL-HIKAM, Aphorisma Sang Sufi
Share this
Related Articles :
Arsip Blog
-
▼
2010
(580)
-
▼
Januari
(580)
- Drs. KH. Muhammad Zubaidi Muslich
- Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan
- KH. M. Ma’shum bin Aly
- Habib Salim bin 'Abdullah bin 'Umar asy-Syathiri
- KH. Marzuqi Romli
- TIGABELAS ALASAN KEUTAMAAN BERSHOLAWAT
- “Sang Macan Putih dari Pulau Jawa” (edisi 1)
- KH. Abdul Ghofur Maimoen (Kader NU Mesir Raih Gela...
- KH Masyhudi Hasan Ilmuwan Idealis Itu Adalah Kac...
- KH. Maimun Zubair (Matahari Dari Sarang)
- al-Habib Syekh bin Salim al-Aththas
- Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy
- Inilah Mimpi-Mimpi Rasulullah Saw Yang Menakjubkan
- SEBAGIAN AMALIYAH DIMALAM NISFU SYA'BAN
- ASWAJA (AHLUSSUNAH WAL JAMAAH)
- AL HABIB ZEIN BIN ‘ALI BIN AHMAD BIN ‘UMAR AL JUFR...
- HABIB ALWI BIN SALIM ALAYDRUS
- KH. Abdul Mukti bin Harun
- KH. Badrus Salam
- KH. Anwar Nur, Pengasuh Ponpes An-Nur Bululawang
- Habib Sholeh bin Muhammad Mauladdawilah
- BIOGRAFI KH.IMAM FAQIH ASY'ARI DAN SEJARAH BERDIRI...
- KH. MOHAMMAD SAID
- Habib Ahmad Jamal bin Toha Ba'aqil
- Keajaiban-Keajaiban Nabi Muhammad SAW Semasa Kecil
- Alim al-Allamah al-Faqih Syeikh Ismail al Yamani
- Syeikh Abdul Fatah Husein Rawa
- SHEIKH MOHAMMAD KHALIL AL-KHATIB
- MENGENANG SALAH SATU SOSOK ULAMA KHARISMATIK KOTA ...
- Ustadz Taha Suhaimi, Cucu Syeikh Muhammad as-Suhaimi
- Syaikh `Abdullah al-Lahji
- Kyai Soeratmo (Mbah Idris)
- Habib Hasan bin Soleh Al-Bahr Al-Jufri, Keluhuran ...
- KH. Abdul Fattah Hasyim
- KH. Abdullah Abbas
- KETIKA KYAI SALING NYANTRI
- Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad
- SUHRAWARDI AL-MAQTUL: SANG GURU CAHAYA
- AYN AL-QUDAT AL-HAMADZANI
- SEJARAH SHALAWAT BADAR
- ABAH KI QOMARUZZAMAN
- GELAR KELUARGA AL-HASANI
- KH Abdul Wahid Hasyim
- KH. Oesman Mansoer: Dari Mayor Hingga Rektor
- H. Imron Rosyadi SH Diplomat Karir Dari Pesantr...
- Menghadiahkan Bacaan Dzikir Untuk Ahli Kubur
- BETAPA KUASANYA ALLAH SWT (kisah nyata) Satu ger...
- KH. Turaihan Adjhuri Es Syarofi (Guru para Ahli Fa...
- Habib Ali bin Ja'far Alaydrus, Batu Pahat-Malaysia
- GELAR KELUARGA ALAWIYIN DI HADRAMAUT
- Syaikh Ahmad AlBadawiy RA. – WaliQutb Al Ghouts
- KH.SYAFI’I HADZAMI (SUMUR YANG TAK PERNAH KERING)
- Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Ki...
- KISAH AL-HABIB AHMAD AL-MUHDHAR (QUWEREH, YAMAN)
- Merunduk Kala di Puncak Ilmu : Habib Husein bin Ab...
- KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie: Demi Maslahat ...
- Bakiak Kiai Abbas Rontokkan Pesawat-2 Sekutu
- Kasyaf Terbukanya hijab antara seorang Hamba denga...
- Habib Hamid al-Kaaf - Khalifah Syaikh Yaasin
- Komentar Tokoh Dunia tentang : Sayyidina wa Maulan...
- Habib Hamid bin Ja’far Al-Qadri: Membumikan Madras...
- SAYYID THOHIR ALAUDDIN AL JAILANI (Sang Juru Kun...
- AL IMAM AL MUHAQQIQ AL MUDAQQIQ ABUL FAIDH SAYYID ...
- AL HABIB ‘ALWI BIN ‘ABDULLAH AL ‘AYDRUS (Salah Sa...
- PERTEMUAN AGUNG BERTABUR NUR KEBERKAHAN ANTARA A...
- AL HABIB ‘ALI BIN SYECH ABU BAKAR BIN SALIM (PANGE...
- KH. Abdul Manan Muncar Banyuwangi Jawa Timur
- Sekilas Abil 'Abbas Balyan Bin Malkan, Nabi Khidir AS
- AL-IMAN AL-HABIB ‘ALAWI BIN ‘ABDULLAH BIN ‘ AYDARU...
- Sayyid ‘Abdullah bin Shadaqah bin Zaini Dahlan al-...
- HABIB UMAR BIN ISMAIL BIN YAHYA CIREBON
- 10 Sahabat Dijamin Masuk Surga
- Habib Nuh al Haddad, Solo
- Sayyid Isa Alkaff Qathmyr : Annasabah Alawiyyah
- Ringkasan Sejarah 25 Nabi Dan Rasul
- K.H. Sholeh Bahruddin Kalam Pengasuh Pon.Pes. Ngal...
- Download
- Gathering 49
- Al Allamah Al Musnid Al Arif billah Alhabib Abdulq...
- Keluarga Alawiyyin di Hadramaut
- ISTI'LAUL QUDROH
- Asal Usul Sebutan ALAWIYYIN
- KH. Muslim Rifa'I Imampuro
- Syekh Ihsan Jampes
- KH. Mahrus Aly
- Syekh Junaid Al-Baghdadi RA
- MANAQIB MU'ALLIF DALA'IL AL-KHOIROT, AL-SAYYID ABU...
- Biografi KH Mufid Mas'ud Pendiri Pondok Pesantren ...
- Manaqib Al Arif Billah Al A`lim As Sayyid Ahmad Za...
- Al-Habib Sayid Hatim bin Ahmad Al-Ahdal
- Al-Habib Raihan bin Abdillah Al-’Adani
- Al-Habib Husein bin Hadi Al-Hamid Waliyullah Yang ...
- Al-Habib Husein bin Bin Abdurrahman Assaqqaf Sesep...
- Al-Habib Ahmad bin Alwi Bahjadab
- Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaff Pe...
- Al-Habib Abubakar bin Ali Shahab Salah Satu Pendir...
- Syekh Samman Sang Pendiri Sammaniyah
- JADWAL PERINGATAN HAUL HABAIB SEJAWA
- Kiai Muhammad Syamsuri bin Dahlan (1906-1988)
- KH Muhammad Dahlan; Pendukung Lahirnya Muslimat NU
-
▼
Januari
(580)