Jumat, 22 Januari 2010

Visi Perdamaian Islam

“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya,” (QS Fathir [35]: 18)

Hidup di bawah naungan perdamaian dan keamanan merupakan cita-cita primordial umat manusia dan mereka selalu berusaha keras bagi mencapai cita-cita tersebut. Tetapi, kegagalan manusia dalam mencapai perdamaian yang abadi menyebabkan sebagian orang percaya bahwa cita-cita itu memang tidak mungkin dicapai dan sudah menjadi satu kepastian bahwa kehidupan manusia itu dipenuhi dengan ketidakamanan, kezaliman, dan kekejaman.
Kemajuan ilmu dan teknologi di era modern juga ternyata tidak mampu mewujudkan perdamaian. Bahkan sebaliknya, semakin maju teknologi yang dicapai manusia, justru semakin banyak terjadi peperangan yang menumpahkan darah jutaan manusia.

Di tengah kobaran api peperangan yang tiada henti dan aksi teror yang melanda pelbagai penjuru dunia, menjadi suatu kemutlakan bahwa seluruh elemen masyarakat dunia mesti bekerja keras untuk membangkitkan dan membangun perdamaian dunia. Hanya dengan perjuangan ini manusia bisa merasakan nikmatnya hidup karena terbebas oleh rasa takut.

Kita harus menyepakati bahwa peperangan dan terorisme, entah terorisme ini datangnya dari luar maupun dari dalam, adalah musuh bersama dan membahayakan kita semua. Karena itu, umat Islam hendaknya membangun semangat keislaman yang moderat dan progresif untuk menjadi pionir dalam mengampanyekan kedamaian dan perdamaian.
 
Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan
Pasca runtuhnya dua gedung menara kembar World Trade Center, Islam dituduh sebagai agama yang mengajarkan aksi-aksi kekerasan dan terorisme. Media-media massa Barat gencar mengidentikkan Islam dengan terorisme. Akibatnya, banyak umat Islam yang hidup di negara-negara Barat mengalami pelbagai kekerasan dan diskriminasi.

Pengidentikkan Islam dengan terorisme tidak hanya dibantah oleh para ulama dan intelektual Islam, banyak juga intelektual Barat yang membantahnya, misalnya Armstrong. Wanita yang produktif menulis buku-buku keagamaan ini dengan tegas menyatakan bahwa aksi terorisme yang dilakukan oleh orang yang menyebut dirinya sebagai Muslim tidak layak diidentikkan dengan Islam. Karena tindakan orang-orang itu justru sudah melanggar prinsip-prinsip esensial Islam.

Mantan biarawati Katolik Roma ini juga menyatakan bahwa orang yang melakukan tindakan yang mengerikan, tidak memiliki agama, apakah mereka menyebutnya sebagai Muslim, Kristen atau Yahudi yang melakukan kejahatan atas nama agama mereka. Armstrong menandaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, cinta, dan toleransi serta tidak pernah melakukan paksaan yang berkaitan dengan agama.

Pengkaji agama asal Inggris yang terkemuka ini mengungkapkan keheranannya, mengapa pemboman berdarah yang dilakukan oleh tentara Republik Irlandia (IRA) tidak membuat orang serta merta menyamakan Kristen dengan terorisme seperti mereka mengaitkan kasus serupa dengan Islam. Kita juga heran kenapa media massa Barat tidak mengidentikkan kaum Yahudi sebagai kaum teroris. Padahal kebiadaban “Negara Teroris Israel” terhadap umat Islam Palestina sudah diketahui secara umum. Tapi kenapa dunia diam seribu bahasa? Kenapa media-media Barat jarang mengungkapkan kebiadaban Israel dalam pemberitaan mereka?
Noam Chomsky, seorang tokoh kognitivisme dalam bidang linguistik bahkan ia disebut sebagai “Einstein”-nya linguistik, mengungkapkan kebiadaban Israel yang tidak diungkapkan oleh media massa dalam pelbagai tulisannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Paul Findley, mantan anggota Kongres Amerika. Dalam “Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S.-Israeli Relationship” ia menjelaskan kebohongan-kebohongan Israel atas klaim kepemilikan atas bumi Palestina.

Findley menegaskan bahwa bangsa Israel tidak punya hak sejengkal pun atas tanah Palestina. Ia berargumen bahwa bangsa Yahudi bukanlah penduduk pertama Palestina, pun mereka tidak memerintah di sana selama masa pemerintahan bangsa-bangsa lain. Para ahli arkeologi modern kini secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kanaan telah mendiami Palestina sejak masa-masa paling kuno yang dapat dicatat, sekitar 3000 SM hingga sekitar 1700 SM. Karena itu, “Negara Israel” adalah negara penjajah. Tapi kenapa banyak negara yang mendukung penjajahan di bumi Palestina ini!
 
Islam Agama Damai
Allah Swt menegaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad Saw adalah rahmat bagi alam semesta (QS al-Anbiya’ [21]: 107), tidak hanya bagi manusia, tapi juga bagi hewan dan tumbuhan. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda bahwa manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Dalam hadits lain Rasulullah menyatakan bahwa berbuat baik kepada makhluk yang bernyawa, baik manusia atau hewan, mendapat ganjaran di sisi-Nya.

Dalam Al-Quran, ayat-ayat yang menyinggung keimanan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya selalu disandingkan dengan perintah berbuat baik kepada sesama manusia (amal shaleh). Misalnya, “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya” (QS al-Baqarah [2]: 25), “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Maidah [5]: 9), “Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka, (QS Ibrahim [14]: 23), dan masih banyak ayat lain.

Jadi, bagaimana mungkin Islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu berbuat baik kepada umat manusia menyuruh umatnya melakukan kezaliman terhadap manusia yang lain! Kezaliman yang dilakukan oleh segelintir umat Islam dengan melakukan aksi-aksi kekerasan dan terorisme atas nama Islam lahir dari pemahaman yang keliru atau memahami ajaran Islam tidak secara komprehensif (utuh).

Penderitaan yang dialami oleh umat Islam Palestina akibat tindakan teror Israel memang menyakiti hati kita semua. Tapi, adilkah jika kita memaklumatkan pembunuhan massal atas orang-orang Barat yang tidak tahu menahu atas penderitaan kaum Muslim Palestina sebagaimana yang diproklamirkan oleh Osama bin Laden! Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa seseorang tidak mewarisi dosa orang lain.

Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman, “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya,” (QS Fathir [35]: 18). Ayat ini dengan tegas sekali menyatakan bahwa seseorang yang tidak mendapat “dosa warisan” atas apa yang diperbuat saudaranya. Kiranya ayat ini menginsyafkan kita bahwa “fatwa” pembunuhan massal atas masyarakat Barat bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam Islam, perang hanya ditujukan kepada mereka yang ikut pertempuran atau mereka yang jelas-jelas bersalah. Tidak seperti aksi terorisme yang menyebabkan orang tidak bersalah menjadi korban. Hendaknya niat suci menolong umat Islam Palestina yang terzalimi dilakukan dengan cara yang suci pula. Allah Swt akan senantiasa memberi jalan kepada hamba-Nya yang berusaha sungguh-sungguh mencari jalan terbaik dalam memecahkan setiap persoalan.
Wallahu a’lamu bis shawab.

www.ucapantahunbaru.blogspot.com