Kehidupan masa kecil Abu Sangkan, ternyata penuh dengan guliran air mata. Baru berumur 15 hari sebagai orok, sudah ditinggal wafat oleh ayahandanya. Lalu dirinya diasuh oleh kakeknya Abdul Wahid, yang lebih dikenal sebagai pendekar sekaligus tokoh agama yang cukup disegani masyarakat di Banyuwangi. Lingkungan keluarga yang religius ini, memang sudah turun temurun sejak eyang buyutnya Mbah Mas Mohammad Shaleh – sang pendiri Masjid Jami’ Baiturraman Banyuwangi Kota.
Bahkan eyangnya Kyai Mas Sulaiman memiliki sebuah pesantren, yang kental dengan tradisi salafiyah syafi’iyah. Kelak pemikiran model salafiyah inilah, yang banyak mempengaruhi sikap hidupnya. “Sewaktu kecil, saya dilarang oleh kakek untuk bersiul, adu jago dan nonton tari janger. Bahkan kalau bunyi gamelannya terdengar sampai ke rumah, telinga saya langsung disumpel kapas,” tuturnya mengenang masa silam kanaknya. “Kalau sampai mendengar bunyi-bunyian itu, kata nenek nanti di akhirat kuping saya akan dicor dengan besi panas. Mendengar itu saya langsung tidur,” tambahnya sambil tertawa lirih.
Sayangnya, keceriaan masa balita itupun keburu lenyap dari kehidupannya. Sewaktu dirinya masuk ke SD Al-Irsyad, kakeknya pulang ke rahmatullah. Kesepian pun tiba-tiba saja bergelayut di pelupuk matanya; hidup serasa tak punya siapa-siapa lagi. Karena selama ini sentuhan kasih sayang yang paling dirasakannya, adalah dari kakek tercintanya. “Beliau adalah idola saya. Cita-cita saya waktu itu adalah ingin seperti kakek. Oleh karenanya saya sering disuwuk, agar kalau besar nanti bisa jadi pendekar dan kyai seperti kakek,” ungkapnya bernada pedih. “Keempat saudara saya juga meninggal semua sewaktu masih kecil-kecil, sehingga saya menjadi anak tunggal,” tambahnya.
Ketika beranjak meremaja, pria kelahiran 8 Mei 1965 di desa Alasbuluh kecamatan Wongsorejo – 25 km sebelah utara Banyuwangi – ini sudah terbiasa hidup mandiri. Kegemarannya waktu itu, adalah memperdalam ilmu keagamaan. Itulah sebabnya dia lantas masuk ke pondok pesantren Al-Ihya’ Bogor asuhan KH. Mohammad Husni Thamrin dan KH. Abdullah bin Nuh. “Beliau berdualah yang banyak membimbing saya untuk memperdalam agama,” tukasnya singkat.
Lalu putra pasangan Mohammad Abdush Shamad dan Hj. Sayu Shalihah ini, melanjutkan studinya ke Fak. Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah jurusan Aqidah dan Filsafat. Di saat itulah dirinya mengalami kekurangan ekonomi untuk bisa tetap hidup di Jakarta. Untungnya, sejak keluar dari sekolah Perkebunan (SpbMA) Abu Sangkan sudah terbiasa mandiri secara ekonomi. Dia lantas memutuskan untuk segera mencari kerja, dan diterima di PT Des Art – milik keluarga Titik Puspa – sebagai designer lansekaping. “Setelah tiga tahun di sana, lalu saya keluar dan mengelola perusahaan sendiri di bidang kontraktor dan sebagai eksportir ikan hias,” jelasnya.
Ketika kuliah di IAIN, anak bungsu dari lima bersaudara ini justru meninggalkan dunia dakwahnya. Padahal semasih mondok, begitu getol dunia itu digelutinya. Sebab waktu itu dirinya banyak terlibat dengan aktivitas di berbagai organisasi keislaman. Bahkan pernah juga dia menjadi anggota Ikhwanul Muslimin dan Darul Arqam. “Saya merasa ada yang hilang dari jiwa saya. Jiwa saya telah mengering. Pelajaran agama yang saya dapatkan, juga tak bisa berbuat banyak untuk meredam gejolak jiwa,” keluhnya. “Lalu saya kembali mendalami olah spiritual, yang telah saya dapatkan dari paman guru saya di Banyuwangi,” simpulnya.
Sejak itulah hampir seluruh malamnya dihabiskan untuk berdzikir dan shalat sunnah. Bahkan menjelang pagi pun, dirinya kerap masih tampak duduk diam berdzikir. “Kalau sudah duduk seperti ini, saya merasakan sebuah ketenangan yang tiadatara. Bahkan kondisi tenang ini terbawa sampai ketika saya mengurus pekerjaan di lapangan,” akunya. “Bagi saya, agama itu merupakan persoalan pribadi dengan Allah SWT. Sehingga yang saya perjuangkan justru bukan dakwahnya, melainkan bagaimana saya menjadi orang yang sabar dalam menjalankan agamaNya,” katanya menambahkan.
Itulah yang membuatnya tak merasa terbebani dengan persoalan cita-cita dakwah. Sebab yang ingin selalu dilakukannya, adalah bagaimana senantiasa dekat dengan Allah. Di sisi lain, bagaimana mencari nafkah keluarga serta mengelola zakat penghasilan pribadi untuk para fakir miskin. “Saya rasa ini secara otomatis sudah bermakna sebagai dakwah bil hal. Jadi.. ya tak merasa beban lagi sebagaimana sewaktu saya jadi penceramah,” ujarnya.
Ketenangan semacam itulah, yang membuat dirinya berani menghadapi segala tantangan. Sebab segala apa yang terjadi, hal itu telah diizinkan oleh Allah. Dan dari setiap peristiwa yang terjadi, pasti terdapat hikmah yang sangat luar biasa. Peristiwa itulah yang menggerakkan kehidupan. “Semisal ada kecelakaan. Bagi si korban, tentu pasti menderita. Namun bersamaan dengan itu, banyak orang yang mendapatkan rezki darinya. Seperti dokter, polisi, suster rumah sakit, satpam, tukang parkir dan lain-lainnya,” katanya mencontohkan.
Dari perjalanan panjang pencarian diri itulah, akhirnya Abu Sangkan menemukan metode untuk melakukan shalat khusyu’. Lalu hal itu diterapkannya di rumah bersama keluarga. Setelah banyak teman-teman dari pengajian kecil yang mendengarnya, lalu mereka bersama-sama ingin shalat berjamaah bersamanya. Dan tak terasa jumlah mereka kian hari makin bertambah banyak.
Menjelang tahun 2000, ada yang menuliskannya di milis islam net. Sejak itulah dirinya diminta untuk menuliskan setiap pengalamannya. Dari kumpulan artikel itulah lalu disunting menjadi sebuah buku yang berjudul “Pelatihan Shalat Khusyu’”. Dan dari buku itulah nama Abu Sangkan berkibar menjadi sebuah fenomena, tak hanya di Indonesia namun pula sampai ke negeri tetangga. “Tapi tolong jangan salah paham, ini bukan hasil penemuan saya. Ini hanyalah merupakan dorongan kegelisahan dari seorang santri yang merasa malu dengan dirinya sendiri,” tukasnya bersahaja.
Namun ungkapan itu serius. Sebab selama ini, masih ada saja orang yang salah paham terhadapnya. Mereka mengira, bahwa dirinya telah membuat suatu ajaran baru tentang shalat. “Padahal saya mengajarkannya tanpa pernah mengubah syari’at yang telah ditetapkan,” tegasnya. “Makanya jika ada yang dianggap masih kurang sesuai dengan ajaran Nabi, tolong diperbaiki dan jangan langsung memusuhi. Berilah saya ilmu untuk menutupi kekurangan tersebut, sehingga tiada lagi kesalahan di kemudian hari,” pintanya berendah hati.
Yang pasti, dengan shalat khusyu’ itulah dirinya menjadi lebih mengerti; bahwa ternyata ilmu yang telah diperolehnya selama mengaji tak menjamin bisa menjadi penyejuk hati. Semua itu merupakan pemberian Allah semata, yang diturunkan ke dalam hati hambaNya. Sehingga ketika seseorang meyakini adanya Allah dan hanya kepadaNya dirinya bergantung, maka otomatis rasa khusyu’ itu akan muncul dengan sendirinya. “Maka hatipun menjadi lunak lantaran getaran dzikir kepadaNya. Setiap dari bacaan shalat, sungguh akan senantiasa mempengaruhi hati sehingga menjadi terharu dan menagis,” terangnya.
Dengan melakukan gerakan shalat secara perlahan dan memahami bacaan yang disampaikan kepada Allah, paparnya, maka ketenangan akan muncul dalam hati seseorang. Oleh karenanya dia menyarankan, agar paradigma shalat sebagai kewajiban diubah menjadi sebuah kebutuhan. “Sebab kalau sudah merasa tidak butuh, meskipun dia ahli di bidang agama ya tetap saja tak akan mendapatkan getaran shalat yang nikmat,” jelasnya.
Itulah pasalnya, dalam setiap pertemuan dirinya selalu memulai dari sisi manfaat gerakan rukuk dan sujud. Ketika kita melakukan ruku’ dengan sempurna, maka punggung akan lurus sehingga otot tendon di betis dengan sendirinya akan mengendor. Begitupun saat sedang sujud, maka mengalirlah darah hingga mencapai ke otak. Sehingga oksigen yang dibutuhkan sebanyak 20 persen bisa tercapai. “Dengan begitu mereka akan merasa butuh shalat. Terutama untuk ketenangan hati dan mengatasi rasa stress,” tuturnya sambil mengulum senyum.
Menurut Ustadz Abu – demikian dirinya kerap dipanggil, lewat shalatlah seorang hamba bisa berkomunikasi denganNya. Shalat itu merupakan jalan terpendek menuju Allah. Sebab shalat merupakan perjumpaan dengan Allah Yang Maha perkasa. “Saya telah membuktikan, bahwa shalat itu enak dan bisa menghilangkan stress. Dan inti dari shalat khusyu’ itu, adalah penghambaan diri kepada sang Pencipta,” tuturnya. “Dengan memohon kepadaNya agar diturunkan rasa tenang ke dalam hati, insya Allah dalam beberapa menit saja hati akan bisa sambung kepada Allah. Maka hati pun rasanya damai dan penuh getaran yang menyejukkan,” katanya menambahkan.
Untuk itulah Ustadz Abu Sangkan menyarankan, agar setiap Muslim mau mengajak keluarganya untuk sama-sama menghadapkan hati ke Allah. Dengan getaran iman itulah, semuanya akan dapat mengontrol kejiwaannya masing-masing. Jika terjadi ketegangan dalam keluarga, segeralah berwudhu’ dan lakukan shalat mohon diberi ketenangan agar menjadi keluarga sakinah. “Insya Allah seketika itu pula akan terasa hasilnya,” ujarnya. “Jadi.. sebenarnya sangat sederhana. Tinggal dipraktekkan saja. Ibarat minum pil. Tak perlu berdebat terlalu ruwet. Langsung saja minum dan tinggal tunggu saja hasilnya,” tandasnya.
Sumber:http://ruangbening.wordpress.com/2010/01/24/ustadz-abu-sangkan/
www.ucapantahunbaru.blogspot.com
Minggu, 24 Januari 2010
Ustadz Abu Sangkan - Getaran Khusyu’ yang Menyejukkan
Share this
Related Articles :
Arsip Blog
-
▼
2010
(580)
-
▼
Januari
(580)
- Drs. KH. Muhammad Zubaidi Muslich
- Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan
- KH. M. Ma’shum bin Aly
- Habib Salim bin 'Abdullah bin 'Umar asy-Syathiri
- KH. Marzuqi Romli
- TIGABELAS ALASAN KEUTAMAAN BERSHOLAWAT
- “Sang Macan Putih dari Pulau Jawa” (edisi 1)
- KH. Abdul Ghofur Maimoen (Kader NU Mesir Raih Gela...
- KH Masyhudi Hasan Ilmuwan Idealis Itu Adalah Kac...
- KH. Maimun Zubair (Matahari Dari Sarang)
- al-Habib Syekh bin Salim al-Aththas
- Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy
- Inilah Mimpi-Mimpi Rasulullah Saw Yang Menakjubkan
- SEBAGIAN AMALIYAH DIMALAM NISFU SYA'BAN
- ASWAJA (AHLUSSUNAH WAL JAMAAH)
- AL HABIB ZEIN BIN ‘ALI BIN AHMAD BIN ‘UMAR AL JUFR...
- HABIB ALWI BIN SALIM ALAYDRUS
- KH. Abdul Mukti bin Harun
- KH. Badrus Salam
- KH. Anwar Nur, Pengasuh Ponpes An-Nur Bululawang
- Habib Sholeh bin Muhammad Mauladdawilah
- BIOGRAFI KH.IMAM FAQIH ASY'ARI DAN SEJARAH BERDIRI...
- KH. MOHAMMAD SAID
- Habib Ahmad Jamal bin Toha Ba'aqil
- Keajaiban-Keajaiban Nabi Muhammad SAW Semasa Kecil
- Alim al-Allamah al-Faqih Syeikh Ismail al Yamani
- Syeikh Abdul Fatah Husein Rawa
- SHEIKH MOHAMMAD KHALIL AL-KHATIB
- MENGENANG SALAH SATU SOSOK ULAMA KHARISMATIK KOTA ...
- Ustadz Taha Suhaimi, Cucu Syeikh Muhammad as-Suhaimi
- Syaikh `Abdullah al-Lahji
- Kyai Soeratmo (Mbah Idris)
- Habib Hasan bin Soleh Al-Bahr Al-Jufri, Keluhuran ...
- KH. Abdul Fattah Hasyim
- KH. Abdullah Abbas
- KETIKA KYAI SALING NYANTRI
- Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad
- SUHRAWARDI AL-MAQTUL: SANG GURU CAHAYA
- AYN AL-QUDAT AL-HAMADZANI
- SEJARAH SHALAWAT BADAR
- ABAH KI QOMARUZZAMAN
- GELAR KELUARGA AL-HASANI
- KH Abdul Wahid Hasyim
- KH. Oesman Mansoer: Dari Mayor Hingga Rektor
- H. Imron Rosyadi SH Diplomat Karir Dari Pesantr...
- Menghadiahkan Bacaan Dzikir Untuk Ahli Kubur
- BETAPA KUASANYA ALLAH SWT (kisah nyata) Satu ger...
- KH. Turaihan Adjhuri Es Syarofi (Guru para Ahli Fa...
- Habib Ali bin Ja'far Alaydrus, Batu Pahat-Malaysia
- GELAR KELUARGA ALAWIYIN DI HADRAMAUT
- Syaikh Ahmad AlBadawiy RA. – WaliQutb Al Ghouts
- KH.SYAFI’I HADZAMI (SUMUR YANG TAK PERNAH KERING)
- Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Ki...
- KISAH AL-HABIB AHMAD AL-MUHDHAR (QUWEREH, YAMAN)
- Merunduk Kala di Puncak Ilmu : Habib Husein bin Ab...
- KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie: Demi Maslahat ...
- Bakiak Kiai Abbas Rontokkan Pesawat-2 Sekutu
- Kasyaf Terbukanya hijab antara seorang Hamba denga...
- Habib Hamid al-Kaaf - Khalifah Syaikh Yaasin
- Komentar Tokoh Dunia tentang : Sayyidina wa Maulan...
- Habib Hamid bin Ja’far Al-Qadri: Membumikan Madras...
- SAYYID THOHIR ALAUDDIN AL JAILANI (Sang Juru Kun...
- AL IMAM AL MUHAQQIQ AL MUDAQQIQ ABUL FAIDH SAYYID ...
- AL HABIB ‘ALWI BIN ‘ABDULLAH AL ‘AYDRUS (Salah Sa...
- PERTEMUAN AGUNG BERTABUR NUR KEBERKAHAN ANTARA A...
- AL HABIB ‘ALI BIN SYECH ABU BAKAR BIN SALIM (PANGE...
- KH. Abdul Manan Muncar Banyuwangi Jawa Timur
- Sekilas Abil 'Abbas Balyan Bin Malkan, Nabi Khidir AS
- AL-IMAN AL-HABIB ‘ALAWI BIN ‘ABDULLAH BIN ‘ AYDARU...
- Sayyid ‘Abdullah bin Shadaqah bin Zaini Dahlan al-...
- HABIB UMAR BIN ISMAIL BIN YAHYA CIREBON
- 10 Sahabat Dijamin Masuk Surga
- Habib Nuh al Haddad, Solo
- Sayyid Isa Alkaff Qathmyr : Annasabah Alawiyyah
- Ringkasan Sejarah 25 Nabi Dan Rasul
- K.H. Sholeh Bahruddin Kalam Pengasuh Pon.Pes. Ngal...
- Download
- Gathering 49
- Al Allamah Al Musnid Al Arif billah Alhabib Abdulq...
- Keluarga Alawiyyin di Hadramaut
- ISTI'LAUL QUDROH
- Asal Usul Sebutan ALAWIYYIN
- KH. Muslim Rifa'I Imampuro
- Syekh Ihsan Jampes
- KH. Mahrus Aly
- Syekh Junaid Al-Baghdadi RA
- MANAQIB MU'ALLIF DALA'IL AL-KHOIROT, AL-SAYYID ABU...
- Biografi KH Mufid Mas'ud Pendiri Pondok Pesantren ...
- Manaqib Al Arif Billah Al A`lim As Sayyid Ahmad Za...
- Al-Habib Sayid Hatim bin Ahmad Al-Ahdal
- Al-Habib Raihan bin Abdillah Al-’Adani
- Al-Habib Husein bin Hadi Al-Hamid Waliyullah Yang ...
- Al-Habib Husein bin Bin Abdurrahman Assaqqaf Sesep...
- Al-Habib Ahmad bin Alwi Bahjadab
- Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaff Pe...
- Al-Habib Abubakar bin Ali Shahab Salah Satu Pendir...
- Syekh Samman Sang Pendiri Sammaniyah
- JADWAL PERINGATAN HAUL HABAIB SEJAWA
- Kiai Muhammad Syamsuri bin Dahlan (1906-1988)
- KH Muhammad Dahlan; Pendukung Lahirnya Muslimat NU
-
▼
Januari
(580)